Pengangkatan Sita

Pengangkatan sita berarti melepaskan sita terhadap penyitaan yang telah dilakukan oleh pengadilan.  Dilakukan apabila sita atas barang tersebut sudah tidak diperlukan atau gugatan tidak terbukti, dan dapat dilakukan terhadap semua macam sita.

Pembahasan pertama adalah pengangkatan sita marital yang diatur dalam Pasal 823 h Rv. Pengangkatan sita marital tidak harus dilakukan terhadap seluruh benda, melainkan dapat dilakukan terhadap sebagian dari benda harta yang disita. Pengangkatan sita tersebut dimohonkan oleh suami atau istri karena kepentingannya dirugikan. Namun demikian, permohonan pengangkatan sita harus digantikan dengan jaminan yang cukup dan disetujui oleh pihak lain dari perkara tersebut.

Pengangkatan sita selain sita marital juga dapat dilakukan oleh pihak ketiga, manakala ternyata benda yang disita tersebut terbukti milik pihak lain. Pembuktian tersebut pada umumnya dilakukan dengan mengajukan perlawanan terhadap sita/derden verzet, yang dimohonkan oleh pihak ketiga yang merasa berkepentingan atas benda sitaan dimaksud.

Selain dengan melalui penetapan pengangkatan sita, pengangkatan sita atas benda tidak bergerak juga dilakukan dengan melakukan pencatatan pada dokumen pendaftaran benda tidak bergerak tersebut. Hal tersebut untuk menghindari kerugian pada pihak tersita suatu hari nanti, sebab jika tidak ada pencatatan, maka benda tersebut tidak dapat dialihkan karena statusnya yang masih merupakan benda sitaan.

Penulis: Robi Putri J., S.H., M.H., CTL., CLA.

Sumber:

Herziene Inlandsch Reglement.

Yahya Harahap, 2017, Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan, Jakarta, Sinar Grafika